cerita tentang kopi dan kita
Diane membawakan secangkir kopi kepadaku tadi. Wanita yang penuh wibawa itu seharusnya menjadi atasanku, bukan sekretarisku. Atau seharusnya, ia menjadi ibu angkatku, Ia selalu tahu kapan aku membutuhkan secangkir kopi, bukan saat aku merasa kantuk yang amat sangat, atau saat aku harus extra time working. Ya, ia selalu tahu bahwa saat aku membutuhkan kopi adalah saat aku sedang membutuhkan semangat. Saat aku membutuhkan secercah kebahagiaan.
"Coffee always make you feel happy when you bite it once", kata-kata itu tertulis di dinding sebuah coffee shop di kota kecil ini.
Andai saja kopi yang Diane bawa untukku dapat membuatku bahagia, tapi, tidak! Kopi itu tidak bisa membuatku merasa bahagia. It didn't work. Entah karena itu bukan kopi pertama yang Diane buat untukku sehingga aku tidak sedang mencobanya, atau karena Coffee -doesn't- always make you feel happy when you bite it once. Atau, memang apa yang sedang berputar di pikiranku sangat sulit untuk membuatku bahagia? Bahkan setelah aku mencoba kopi yang berasal dari dunia lainpun - yang seharusnya membawa kebahagiaan untukku karena itu kali pertama aku mencobanya-.
God, Coffee ain't enough to make me feel happy, terlebih lagi, apalagi dengan apa yang menari di otakku, aku dan kamu!!! Sudah hampir setahun, tapi kamu, tak sedikitpun bergerak, not even a single little inch, tetap di otakku, di hatiku, tak pernah pindah!
Coffee, andai saja aku bisa menjauh dari cairan itu! Setiap kenikmatan dari tetesnya tetap menjadi keinginanku, terlebih lagi saat kenginanku untuk terus menyimpan sejuta kenanganku akan aku dan kamu, kita, serta ratusan cangikir kopi yang kita habiskan bersama canda, tawa serta amarah, jauh lebih besar daripada luka dan sakit yang harus aku rasakan saat aku ingat bahwa - setiap teguk kopi yang aku nikmati sejak di airport hari itu, kau dan aku bukan lagi kita, setiap tegukkan kopi itu harus kunikmati, tanpa tawamu yang mengalir bersama butiran halusnya ke dalam tubuhku-
Akan selalu ada Starbucks, Tony Romans, Oh Lala, Excelso, tapi, mungkinkah aku berharap masih ada 'kita' di setiap aku dan kamu, di setiap cookies yang kina nikmati berdua.
Kopi, walau tak ada lagi 'kita', biar aku merasakan bahagia saat setiap teguknya membawamu ke hadapanku,. Karena, hanya itulah yang bisa membuatku terus hidup, dan, hanya kopi yang membuatku percaya, 'kita' akan ada lagi suatu hari nanti. 'KITA'
"Coffee always make you feel happy when you bite it once", kata-kata itu tertulis di dinding sebuah coffee shop di kota kecil ini.
Andai saja kopi yang Diane bawa untukku dapat membuatku bahagia, tapi, tidak! Kopi itu tidak bisa membuatku merasa bahagia. It didn't work. Entah karena itu bukan kopi pertama yang Diane buat untukku sehingga aku tidak sedang mencobanya, atau karena Coffee -doesn't- always make you feel happy when you bite it once. Atau, memang apa yang sedang berputar di pikiranku sangat sulit untuk membuatku bahagia? Bahkan setelah aku mencoba kopi yang berasal dari dunia lainpun - yang seharusnya membawa kebahagiaan untukku karena itu kali pertama aku mencobanya-.
God, Coffee ain't enough to make me feel happy, terlebih lagi, apalagi dengan apa yang menari di otakku, aku dan kamu!!! Sudah hampir setahun, tapi kamu, tak sedikitpun bergerak, not even a single little inch, tetap di otakku, di hatiku, tak pernah pindah!
Coffee, andai saja aku bisa menjauh dari cairan itu! Setiap kenikmatan dari tetesnya tetap menjadi keinginanku, terlebih lagi saat kenginanku untuk terus menyimpan sejuta kenanganku akan aku dan kamu, kita, serta ratusan cangikir kopi yang kita habiskan bersama canda, tawa serta amarah, jauh lebih besar daripada luka dan sakit yang harus aku rasakan saat aku ingat bahwa - setiap teguk kopi yang aku nikmati sejak di airport hari itu, kau dan aku bukan lagi kita, setiap tegukkan kopi itu harus kunikmati, tanpa tawamu yang mengalir bersama butiran halusnya ke dalam tubuhku-
Akan selalu ada Starbucks, Tony Romans, Oh Lala, Excelso, tapi, mungkinkah aku berharap masih ada 'kita' di setiap aku dan kamu, di setiap cookies yang kina nikmati berdua.
Kopi, walau tak ada lagi 'kita', biar aku merasakan bahagia saat setiap teguknya membawamu ke hadapanku,. Karena, hanya itulah yang bisa membuatku terus hidup, dan, hanya kopi yang membuatku percaya, 'kita' akan ada lagi suatu hari nanti. 'KITA'